"Remaja Sadar Politik?"
Aksi demo menentang kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan tarif telepon marak di berbagai kota. Hampir tiap hari petugas keamanan dan pihak terkait dibikin pusing. Istana Negara dijejali ribuan pendemo, begitupun gedung DPR/MPR jadi tempat para pengunjuk rasa untuk menumpahkan sumpah serapah, keluh kesah, dan harapannya kepada pemerintah.yang lagi hot baru baru ini adalah penolakan mahasiswa terkait revisi UUD.
Di
berbagai daerah juga marak euy. Kayaknya hampir tiap hari tuh unjuk rasa aktif
digelar. Beberapa di antaranya berakhir dengan bentrokan antara petugas
keamanan dan massa pengunjuk rasa.
Nah,
menyikapi maraknya aksi unjuk rasa tersebut, kira-kira apa sih yang ada dalam
benak kamu? Mungkin, sebagian dari kamu menganggap bahwa itu adalah bagian dari
aktivitas politik para mahasiswa. Sebagian lagi memandang cuek bebek aja.
Bahkan dengan sinis berkomentar kalo yang demo tuh sebetulnya para mahasiswa
yang jeblok nilai akademiknya. Pura-pura jadi hero saat unjuk rasa, padalah
kuliahnya berantakan. Sebagian yang lain lagi menganggap bahwa para demonstran
itu cuma ngerecokin pemerintah yang memang lagi morat-marit ini. Dengan kata
lain kamu pro terhadap keputusan pemerintah yang kontroversial itu. Yup,
ternyata beragam juga ya pendapat teman-teman ini.
Sobat
muda muslim, pendapat-pendapat tadi sebetulnya mencerminkan pemahaman kamu
terhadap masalah tersebut. Juga mencerminkan tingkat darpol, alias sadar
politik kamu terhadap kasus itu. Di sinilah kita bisa melihat dan menilai sejauh
mana kapasitas kamu dalam memahami berbagai peristiwa yang berkembang. Dengan
begitu, diharapkan bisa memperbaiki jika ada yang belum maksimal, dan
mengkritisi jika memang ada yang salah dengan pemahaman kamu. Tul nggak?
Peristiwa
yang berkembang sejak awal tahun ini mau nggak mau emang menyita perhatian
seluruh rakyat di negeri ini, termasuk remaja macam kamu. Sebab, dampaknya bisa
luas banget. Boleh jadi skala internasional nantinya. Nggak mustahil kan?
Oke deh,
sekarang kita nggak bakalan banyak membahas soal perkembangan peristiwa
tersebut. Nggak bakalan. Sebab masalah ini masih akan terus menggelinding.
Ibarat cerita bersambung, bakal masih ada kejutan lain di waktu depan. Lagi
pula info-info seputar kasus itu bisa kamu ikuti sendiri beritanya di televisi,
radio, internet, juga di surat kabar, majalah, dan tabloid. Pelototin deh ampe
abis. Jangan bosen ngikuti berita. Dalam tulisan ini kita nggak bakalan
ngebahas sampe ngebudah tentang kasus itu. Tapi, kita ingin menjelaskan tentang
apa itu kesadaran politik. Harapannya, supaya kamu juga bisa paham. Nggak cuma
menjadi penikmat, apalagi jadi objek penderita. Sebaliknya, justru kamu kudu
bisa memberikan pencerahan. Setuju kan?
Sobat
muda muslim, boleh jadi kalo diajukan pertanyaan seputar politik kepadamu, akan
dijawab bahwa aktivitas politik selalu berakhir dengan pengejaran, penangkapan,
pemenjaraan, penyiksaan, bahkan pembunuhan para aktivisnya. Itu politik
praktis, lho.
Sangat
boleh jadi juga, jika ada orang yang udah hapal banyak peristiwa politik dan
tokoh-tokoh, secara spontan kita menilai bahwa mereka udah punya kesadaran
politik. Tapi benarkah semua dugaan itu? Kalo salah, seperti apa sih yang
dimaksud dengan kesadaran politik itu? Kita jadi kepengen juga ikutan membahas
masalah ini. Maklum, masalah ini selalu jadi sorotan dan menarik hati. Seru
abis!
Apa sih politik itu?
Kata pepatah, â€Å“tak kenal maka ta’ruf, eh, tak kenal maka tak sayang.â€? Pepatah ini mengandung pengertian bahwa kalo nggak mengenal terhadap sesuatu atau seseorang, maka sudah ada jaminan kalo kamu nggak bakalan punya perhatian sama sesuatu atau seseorang itu. Nah, ketika kita ngomongin soal Islam, itu artinya, kalo nggak kenal sama Islam, nggak akan muncul rasa memiliki tentang Islam. Kalo kita nggak ngeh dengan Islam, nggak bakalan tumbuh rasa memiliki dan menghargai aturan-aturannya. Padahal, kalo kita ngeh neh, kita bisa tahu hebatnya Islam. Bener. Islam nggak hanya mengatur urusan ibadah ritual aja seperti sholat, zakat, puasa, dan sejenisnya. Tapi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini juga mengatur urusan ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, peradilan, perundang-undangan, politik, sampe pemerintahan. Lengkap pokoknya. Itu sebabnya, Islam disebut sebagai ideologi. Begitu!
Kata pepatah, â€Å“tak kenal maka ta’ruf, eh, tak kenal maka tak sayang.â€? Pepatah ini mengandung pengertian bahwa kalo nggak mengenal terhadap sesuatu atau seseorang, maka sudah ada jaminan kalo kamu nggak bakalan punya perhatian sama sesuatu atau seseorang itu. Nah, ketika kita ngomongin soal Islam, itu artinya, kalo nggak kenal sama Islam, nggak akan muncul rasa memiliki tentang Islam. Kalo kita nggak ngeh dengan Islam, nggak bakalan tumbuh rasa memiliki dan menghargai aturan-aturannya. Padahal, kalo kita ngeh neh, kita bisa tahu hebatnya Islam. Bener. Islam nggak hanya mengatur urusan ibadah ritual aja seperti sholat, zakat, puasa, dan sejenisnya. Tapi, ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. ini juga mengatur urusan ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, peradilan, perundang-undangan, politik, sampe pemerintahan. Lengkap pokoknya. Itu sebabnya, Islam disebut sebagai ideologi. Begitu!
Sobat
muda muslim, sebelum kita ngebahas apa itu kesadaran politik. Kamu perlu tahu
dulu istilah politik. Supaya nggak kebalik-balik nantinya. Atau malah salah
memahami politik secara benar. Tul nggak?
Nah, apa
sih pengertian politik? Kalo berdasarkan pemahaman yang ada sekarang, politik
itu memang berarti sesuatu yang �kejam’. Gimana nggak, wong dalam sebuah
pameo dikatakan, bahwa dalam politik tidak ada musuh yang abadi, tidak ada
kawan yang abadi, yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Gedubrak! Seperti
itukah?
Kamu bisa
saksikan sendiri atuh. Gimana para pemimpin negeri ini saling jegal, saling
sikut, saling serang untuk dapat menduduki jabatan empuk dan basah. Bila perlu,
mengamalkan politik �dagang sapi’. Inilah yang kemudian disebut-sebut
sebagai the struggle for power (perjuangan memperebutkan kekuasaan). Udah lupa
deh kepada rakyat yang seharusnya diurus. Kalo gitu, nggak salah-salah amat
dong lagunya Bang Iwan Fals yang ngetop di tahun 80-an, yang syairnya kayak
gini nih, â€Å“Setan-setan politik yang datang mencekik, walau di musim paceklik
tetap mencekik, Apakah selamanya politik itu kejam. Apakah selamanya dia datang
â€?tuk menghantam…â€?
Bila
politik identik dengan beginian, maka yakin deh bakalan banyak orang
berpandangan miring terhadap aktivitas politik. Mungkin saja kemudian orang
nggak suka (termasuk takut) berurusan dengan politik. Itu sebabnya, pandangan
seperti itu kudu segera di-delete dari direktori di otak kita, terus masukkin
deh ke recylce bin, lalu klik empty recycle bin. Pokoknya bener-bener
dihilangkan! (idih, kayak di komputer aja ya? He..he..he..)
Bagaimana
pengertian politik menurut Islam? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan
bahwa politik adalah ri̢۪ayatusy syu̢۪unil ummah dakhiliyan wa kharijiyan bi
hukmin mu̢۪ayanin, (pengaturan urusan ummat di dalam negeri dan luar negeri,
dengan hukum tertentu). Kalo kita bicara Islam, maka pengaturan tersebut
menggunakan aturan Islam. Kalo bicara kapitalisme, maka hukum yang digunakan
adalah kapitalisme. Begitu pula dengan sosialisme dan komunisme.
Nah,
adapun pengaturan urusan ummat tidak melulu urusan pemerintahan seperti
sangkaan banyak orang selama ini, melainkan termasuk di dalamnya aspek ekonomi
(iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima̢۪i), pendidikan (tarbiyah) dan
lain-lain.
Buktinya
apa tuh? Islam, udah ngatur masalah ini sejak pertama kali Rasulullah saw.
mendirikan pemerintahan Islam di Madinah, sampe terakhir di Turki. Sepanjang
rentang waktu itu, masyarakat dan negara diatur oleh Islam. Sayangnya, sejak
tanggal 3 Maret 1924, yakni saat Musthafa Kemal at-Taturk, pria jahat dan
ambisius keturunan Yahudi menghancurkan pemerintahan Islam di Turki atas
bantuan agen-agen Inggris, Islam nggak lagi diterapkan sebagai sebuah ideologi
negara. Sampe sekarang lho.
Akibatnya,
pemuda dan pemudi Islam masa kini nggak nyetel dalam memahami Islam sebagai
sebuah ideologi negara. Generasi Islam kontemporer cuma mengenal dan memahami
Islam sebagai ibadah ritual belaka. Jadinya, nggak ngeh kalo Islam tuh sebuah
ideologi. Akibatnya, ketika memahami istilah politik dalam pandangan Islam aja
suka kerepotan. Kalo udah gitu, pastinya juga nggak bakalan sadar politik.
Jadi sadar politik itu…
Nah, kalo kamu sekarang udah ngeh dengan pengertian politik menurut Islam ini, kita ajak untuk memahami apa yang dimaksud dengan kesadaran politik.
Nah, kalo kamu sekarang udah ngeh dengan pengertian politik menurut Islam ini, kita ajak untuk memahami apa yang dimaksud dengan kesadaran politik.
Suatu
ketika Khalifah Umar bin Khaththab berpidato di hadapan kaum muslimin. Usai
berpidato seorang pemuda berdiri sambil mengacungkan pedang, lalu berteriak,
â€Å“Wahai Umar, apabila kami melihat engkau menyimpang, kami akan meluruskanmu dengan
pedang ini.�? Wah, ada nggak sekarang remaja macam kita-kita ini yang
begitu? Kayaknya sih, tak ada. Nggak percaya? Coba aja adain survei!
Umar yang
mendengar pernyataan tadi kontan mengucapkan hamdalah. Ternyata masih ada
manusia, tepatnya pemuda, yang berani mengungkapkan kebenaran.
Riwayat
yang singkat ini bisa memberikan gambaran yang jelas kepada kita pekatnya
suasana kehidupan berpolitik dalam Islam. Inilah aktivitas muhasabah lil hukam
alias mengoreksi penguasa atau amar ma̢۪ruf nahyi munkar, wajib dilakukan
kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja. Pokoknya every where, every
time, and everyone. Kamu bisa bayangkan sendiri, seorang khalifah, kepala
negara Islam, dinasihati oleh anak kecil seusia kamu. Hebat bukan? Dengan
begitu kehidupan akan senantiasa berjalan dengan normal dan ideal. Pahami ya?
Dalam
Islam, memang ini kewajiban bagi ummatnya yang sudah akil baligh. Untuk
melaksanakan seluruh ajaran Islam. Termasuk itu tadi, amar ma̢۪ruf nahyi
munkar. Begitupun setiap muslim wajib untuk memiliki kesadaran politik. Sabda
Rasulullah saw.: â€Å“Barang siapa yang bangun pagi hari dengan tidak memikirkan
kepentingan kaum muslimin, maka mereka tidak termasuk golonganku.�
(al-Hadits)
Dalam
riwayat lain, beliau mengingatkan kaum muslimin agar tidak lalai melaksanakan
amar ma’ruf nahyi munkar. Sabdanya: â€Å“Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya,
kalaulah kalian tidak memerintahkan yang ma̢۪ruf dan mencegah yang munkar,
maka hampir-hampir Allah memberikan adzab-Nya, kemudian kalian berdoa dan tidak
dikabulkan doanya.� (al-Hadits)
Muhammad
Muhammad Ismail dalam kitab al-Fikru al-Islamiy menyebutkan bahwa kesadaran
politik (wa̢۪yu siyasi) haruslah terdiri dari dua unsur. Pertama, kesadaran
itu haruslah bersifat universal atau mendunia (internasional). Bukan kesadaran
yang bersifat lokal semata. Kedua, kesadaran politik yang dimiliki harus
berdasarkan sudut pandang yang khas (zawiyatun khashshah).
Kesadaran
politik yang kita miliki kudu bisa melanglang buana. Artinya, kita kudu ngeh
dengan urusan or peritiwa yang berkembang di belahan dunia lain. Sewaktu kaum
muslimin masih berada di Mekkah dan belum memiliki kekuasaan, Abu Bakar
ash-Shiddiq r.a. bersama Rasulullah saw., membuat semacam �taruhan’ untuk
peperangan antara Romawi dan Persia yang berada jauh dari Mekkah. Padahal, saat
itu siapapun yang memenangkan perang nggak bakal menguntungkan kaum muslimin
yang tertindas di Mekkah. Nah, ini membuktikan bahwa Abu Bakar r.a memiliki
kesadaran politik yang cukup tinggi. Tuh, kan, Islam memang mampu mencerahkan
pemikiran manusia. Jadi, kudu bangga dong menyandang predikat muslim? Siap!
Nah,
sudut pandang yang kudu dimiliki juga harus berdasarkan Islam. Nggak boleh
ideologi lain. Meski demikian tetap objektif dong. Maksudnya jeli dalam
�membaca’ peristiwa yang terjadi. Ketelitian dan keakuratan memahami
peristiwa politik, mutlak harus kamu miliki.
Seperti
sekarang neh, saat gencar-gencarnya berita tentang kasus â€Å“Bom Baliâ€? yang
memojokkan Islam dan umatnya. Kamu jangan langsung ikutan terbawa arus berita,
lalu takut disebut aktivis Islam. Itu salah. Sebab, yang namanya berita bisa
dikamuflase. Bergantung siapa yang menguasai opini. Perlu kamu tahu, Amrik
punya kepentingan tuh untuk menghancurkan Islam. Pasti.
Boleh
jadi yag ditangkap adalah orang suruhan aja. Atau kalo pun bener aktivis Islam,
mereka biasanya kena jebak permainan intelijen. Kasihan memang.
Amrik dan
para begundalnya selalu menuding para pejuang Islam dengan sebutan teroris.
Maklum saja, karena Amrik nggak suka Islam kembali memimpin dunia ini. Nggak
ada bedanya dengan Belanda yang kelabakan saat para pejuang negeri ini dulu
bergerak menyerang penjajah. Belanda mengatakan bahwa pejuang negeri ini
pemberontak dan pengacau. Apa nggak salah tuh? Coba, siapa nyang kagak nyelekit
dikatain begitu? Tul nggak?
Kalo
sekarang marak demo menentang kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan
tarif telepon, kita kudu menyikapi dengan kesadaran politik yang oke. Jangan
sampe kita memandang sepintas aja. Yakinlah bahwa ini buah dari diterapkannya
sistem kapitalisme. Jadi, kalo mau unjuk rasa, minta negara supaya mengganti
sistem kapitalisme dengan Islam.
Oke deh,
jangan bengong aja. Sekarang berkemas untuk belajar. Perdalam ajaran Islam, dan
tingkatkan terus kesadaran politik kamu. We are the champion my friends
0 Comments